Kamis, 28 Juli 2011

Tentang Graffity



Budaya jalanan (street culture) memang identik dengan anak muda. Sebenernya apa sih street culture itu? Hmm, street culture ini terbilang abstrak dan nggak ada definisi khusus untuk mengartikannya. Yang pasti, street culture adalah budaya yang mengisi ruang publik, yang terdiri dari berbagai aktivitas kaum muda dalam berekspresi. Sesuai namanya, street culture memang bisa dibilang sebagai budaya yang hidup di jalanan dan bisa disaksikan langsung oleh masyarakat. Diawali dari sebuah lifestyle yang berkembang dari kehidupan di jalanan hingga kemudian membentuk sebuah budaya yang popular di masyarakat. Budaya ini memang cenderung timbul karena rasa bosan terhadap apa yang sudah ada. Kejenuhan ini akhirnya menghasilkan sesuatu yang baru dari pertemuan berbagai budaya dan interest yang ada. Perkembangannya pun disertai dukungan dari para pelakunya (biasanya terdiri dari komunitas-komunitas tertentu) agar lifestyle tersebut lebih familiar di masyarakat terutama di kalangan anak muda.

Ada beberapa jenis budaya yang biasa menghiasi street culture. Budaya-budaya inilah yang akhirnya jadi ciri khas street culture. Nggak jarang dari budaya ini juga akhirnya terbentuk komunitas-komunitas tertentu sesuai dengan passion masing-masing dari mereka yang menggelutinya.

Street Art
Street Art adalah seni yg diterapkan di ruang publik (dinding, pavement, jalan, pagar, dsb). Street Art menggunakan banyak media dan teknik seperti wheatpasting, sticker, stensil, mosaic, video projection, street installations, dll.
Contoh-contoh Street Art: Graffiti, Mural, Street Art 3D.


Street Fashion
Street fashion umumnya dikaitkan dengan budaya kaum muda, dan yang paling sering terlihat di pusat kota. Mereka umumnya mempunyai aliran sendiri, seperti Hippies, Punk Fashion, Hip Hop Fashion, dll.

Street Sport
Olahraga yang biasa dilakukan di jalanan. Street sport merupakan ekspresi spontan, asal-usul improvisasi dan kreatif dari olahraga disesuaikan dengan kecerdikan manusia dengan lingkungan perkotaan. Beberapa contoh street sport: Skateboard, Parkour, BMX, Basketball, Football.

Street Music/Dance
Musik/tarian yang berkembang di jalanan. Menyuarakan ekspresi melalui musik dan tarian. (Hip Hop, Rap, Break Dance, Band Indie).


Di luar negeri sana, keberadaan street culture sudah diakui dan jadi gaya hidup masyarakat. Selain ruang publiknya mendukung, masyarakatnya juga cukup terbuka dengan jenis budaya seperti ini.
How about street culture in our beloved Indonesia?
Hmm, sesuai dengan negara kita yang termasuk negara berkembang, street culture di sini juga masih merayap menuju eksistensinya di mata masyarakat. Ya, street culture memang jarang dilihat di Indonesia, kecuali di tempat-tempat tertentu seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Kira-kira kenapa ya street culture nggak terlalu berkembang di Indonesia?

Budaya Mengkotak-kotakkan
Harus diakui bahwa hal ini memang seakan-akan sudah lumrah terjadi di Indonesia. Budaya mengkotak-kotakkan seperti ini memang bikin masyarakat kita sulit berbaur satu sama lain sampai akhirnya muncul kelas-kelas tertentu dalam ruang publik. Sikap ini akhirnya membuat street culture pun seolah terpisah dari masyarakat pada umumnya. Kebanyakan masyarakat menganggap budaya jalanan seperti ini adalah budayanya orang-orang kelas menengah ke bawah yang nggak terlalu penting diperhatikan.

Tata Kota
Kebanyakan tata kota di Indonesia juga memang nggak memungkinkan untuk jenis budaya seperti ini. Untuk skate culture misalnya, coba agan perhatiin jalanan-jalanan yang ada. Nggak mungkin banget kan dijadiin spot permainan papan luncur ini? Nggak seperti di luar negeri sana yang begitu keluar rumah bisa langsung maen skate (mau pergi kemanapun juga bisa pake skate). Disini para skater harus bela-belain cari tempat khusus buat main. Kalau nekat main di trotoar, salah-salah bisa rebutan spot sama pedagang yang mangkal disana


Judgemental
Salah satu alasan kenapa street culture nggak begitu berkembang di Indonesia adalah karena keberadaannya yang masih dipandang sebelah mata sama masyarakat. Budaya jalanan masih dianggap sebagai kegiatan iseng sekelompok orang kurang kerjaan. Apalagi melihat penampilan mereka yang terkesan urakan. Bukannya dapat empati masyarakat, yang ada justru sebagian dari mereka dipandang negatif. Padahal, budaya jalanan seperti ini belom tentu negatif loh. Contohnya Graffiti. Untuk orang awam, graffiti cuma sekedar coret-coretan yang mengotori tembok. Tapi bagi mereka yang mengerti, graffiti ini bukan sembarang coretan. Tulisan-tulisan tersebut adalah serangkaian kata yang mempunyai makna dan diperlukan kemampuan khusus karena nggak semua orang bisa membuatnya.

Kriminalitas
Ini nih faktor yang berpengaruh paling besar kenapa street culture kurang berkembang di Indonesia. Nggak di manapun, apalagi di jalanan bebas, tingkat kriminalitas di Indonesia tergolong tinggi. Trotoar, kolong-kolong fly over dan tempat-tempat publik lainnya rawan kejahatan. Gimana mau ber-street culture ria kalau media utamanya aja nggak aman gitu ya

Street To Urban
Karena sulitnya memanfaatkan jalanan itulah akhirnya sebagian masyarakat memanfaatkan media apapun yang terbuka di ruang publik. Makanya sekarang istilah street culture sudah bergeser jadi urban culture, yaitu budaya perkotaan. Sebenernya sih nggak terlalu beda, hanya aja masyarakat merasa bahwa budaya yang ada sekarang nggak lagi identik dengan jalanan melainkan ruang-ruang publik apapun yang ada di perkotaan.

Apapun namanya, baik street culture maupun urban culture tetap berpijak pada semangat kebebasan dan kreativitas. Ruang terbuka yang mereka manfaatkan untuk berkarya bisa berupa trotoar, taman, kolong fly over, bangunan nggak terpakai, dan lahan-lahan kosong. Mereka juga cenderung inovatif sehingga mampu menciptakan trend-trend baru melalui daya kreativitas dan imajinasinya yang tinggi. Karena itulah street culture terlihat beda dan punya keunikan tersendiri. Hal ini karena mereka cenderung berpikir bahwa sebuah media yang terlihat polos adalah lahan yang menantang untuk digarap. Kreativitas dan imajinasi bisa lahir di mana aja, walau di kolong jembatan sekalipun

Kamis, 21 Juli 2011

Awal mula sepeda Lowrider

Sejarah Sepeda Lowrider

low a. (-er, -est) not high, not extending or lying far up; ranking below others; ignoble, vulgar; less than normal in amount or intensity; with slow vibrations, not loud or shrill; lacking vigour, depressed. -n. low level; area of low pressure.
rider n. one who rides a horse etc.; additional statement

Jumat, 08 Juli 2011

Mengenal Band Screamo Indonesia

Musik  Screamo, Post - hardcore, hardcore dan metalcore memang sangat disukai para remaja. Mengapa?
Ya, karena musik jenis ini sangat berenergi, luapan semangat, sekaligus luapan cinta, ketakutan, kesedihan atau patah hati. Cocok dengan kehidupan remaja yang masih labil dan berusaha mencari jati diri.

Berikut ini adalah nama-nama band yang menganut aliran Screamo-hardcore yang cukup terkenal di Indonesia :

Killing Me inside

 Band Killing Me Inside (Killms) adalah band bergenre Modern Rock / Emo yang dibentuk pada awal tahun 2006 dengan personilnya, yaitu : Sansan sebagai vokalis, Raka dan Josaphat sebagai gitaris, Onadio sebagai bassis dan Rendy pada drum. Pada pertengahan '08, Raka (gitaris) Killing Me Inside terpaksa mengundurkan diri untuk bergabung dengan band lain (Vierra) karena beberapa alasan. 
Thirteen
 HOMETOWN:
Jakarta

MANAGEMENT / BOOKING
Deray (+6285814821000)
thirteenjkt@yahoo.com

TOCOD
Genre
Rock / Alternative
Anggota
Tommo (Voc)
Fady (Guitar) 
Rubben (Bass)
Sony (Drum)
Agra (guitar) 
Kota Asal
Jakarta
Tentang
HELLO HYDER !
GOODBYE T.O.C.O.D !
Biografi
Since the year of 2006, THE OLD CURSE OF DEATH (TOCOD) has been participating in rocking the scene for three years. With the launching of Lifeline in 2009, TOCOD is now considered as one of the most promising band in Indonesia's music industry. Bringing the heavy-rock stuffs into the ears of Indonesian youth, TOCOD will surely ROCK YOU !!!!

T.O.C.O.D = HYDER !!
Lokasi Sekarang
Jakarta
Manajer Umum
Deray & Ajat
Pengaruh
Rock Band



Jakarta Flames

Jakarta Flames terbentuk  pada tahun 2001 dengan nama awalnya Jakarta Flame. Namun, akhirnya pada tahun 2004 berganti nama menjadi Jakarta Flames. Band ini sudah melakukan beberapa pergantian personel dan hingga pada 2003 personel asli mereka tinggal 2 yaitu Niki boy (Guitar/Vocal) and Reza (Vocal). Sejak 2003, mereka memiliki 5 personel yaitu:
Niki boy (Guitar/Vocal)
Reza (Vocal)
Adithya Pratama [Guitar/Vocals]
Nandana Aji Anindito [Bass]
Ryan Akira [Drums]


Band yang lainnya :
  • seems like yesterday
  • too late to notice 
  • Killed By buterfly 
  • IN a huricane ritem 
  • Burning flame
  •  Broken Heart Sindrom 
  • Long story for love 
  • Ice scream 
  • Art TEROR 
  • Symphony of death